Asiasatunews.com, Batulicin – Kabupaten Tanah Bumbu tengah memeriahkan Hari Ulang Tahun ke-78 Republik Indonesia dan merintis Festival Literasi yang akan memuncak pada Oktober mendatang.
Melalui Lomba Film Dokumenter Bersujud, wilayah ini ingin mengapresiasi harta karun budaya, tradisi, dan kearifan lokal. Acara ini akan berlangsung dari 17 Agustus hingga 18 September, harapnya akan menarik partisipasi para sineas dari berbagai penjuru nusantara.
Tema utama Lomba Film Dokumenter Bersujud adalah “Tradisi, Budaya, dan Kearifan Lokal Kabupaten Tanah Bumbu”.
Tema ini terpilih untuk merangkul serta mengabadikan beragam unsur yang membentuk identitas unik Tanah Bumbu. Melalui film, cerita warisan budaya dan nilai luhur dari generasi ke generasi dapat menjadi contoh dengan jelas.
Pemkab Tanah Bumbu, menekankan pentingnya lomba ini untuk mendokumentasikan warisan lokal.
“Melalui lomba ini, kami berharap tradisi, budaya, dan kearifan lokal Tanah Bumbu terekam dalam film dengan teknik sinematografi mendalam,” ujarnya.
Selain itu, lomba ini juga membuka peluang kreativitas bagi generasi muda Kalimantan Selatan yang berbakat dalam perfilman. Di era teknologi yang terus berkembang, film dokumenter menjadi media yang ideal untuk menggali potensi kreatif serta menyebarkan ide-ide mereka.
Ini adalah Lomba Film Dokumenter Bersujud, inisiatif pertama oleh pemerintah melalui Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Tanah Bumbu. Lebih dari sekedar perayaan nasional, lomba ini juga bertujuan untuk mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam melestarikan dan mempromosikan tradisi serta budaya lokal. Dengan hadiah Rp 45 juta, lomba ini diharapkan menarik minat luas dan karya dokumenter asli dan berbobot.
Lomba Film Dokumenter Bersujud di Kabupaten Tanah Bumbu adalah salah satu cara konkrit pemerintah daerah merayakan dan menjaga tradisi, budaya, dan kearifan lokal. Lewat film dokumenter, kisah-kisah berharga tentang masyarakat dan budaya lokal dapat terwujudkan dengan indah.
“Semoga lomba ini akan mendorong para sineas muda untuk mengangkat isu-isu budaya dalam karya-karya mereka, sekaligus memberikan pandangan mendalam terhadap kearifan lokal yang telah merasuk dalam jiwa Tanah Bumbu,” pungkasnya. (Red)